DESAIN EKSPERIMEN
A. PENGERTIAN DESAIN EKSPERIMEN
Desain eksperimen
adalah suatu rancangan percobaan dengan setiap langkah tindakan yang
terdefinisikan, sehingga informasi yang berhubungan dengan atau diperlukan
untuk persoalan yang akan diteliti dapat dikumpulkan secara faktual. Dengan
kata lain, desain sebuah eksperimen merupakan langka-langkah lengkap yang perlu
diambil jauh sebelum eksperimen dilakukan agar data yang semestinya diperlukan
dapat diperoleh.
B. TUJUAN DESAIN EKSPERIMEN
1.
Memperoleh atau mengumpulkan informasi
sebanyak-banyaknya yang diperlukan (berguna) untuk memecahkan persoalah yanga
akan dibahas.
2.
Memperoleh keterangan tentang bagaimana
respon yang akan diberikan oleh suatu obyek pada berbagai keadaan tertentu (perlakuan) yang ingin
diperhatikan
C. MACAM-MACAM DESAIN EKSPERIMEN
Beberapa
desain ekperimen dikemukakan dalam bagian ini yang diolah dari Leedy (1997);
Kerlinger dan Lee (2000) dalam Premananto dan Purwanto (2007) dan Neuman (2006):
1. Pre-Experimental Design: Memiliki
struktur yang lemah, dan dapat menimbulkan bias dan menurunkan validitas
internal, merupakan desain yang dianggap tidak memadai dan cacat. Ada tiga
pendekatan yang termasuk dalam pre-experimental design, yaitu:
a. One-shot
experimental case study
Menjelaskan
konsekuensi variabel tergantung (VT) dari suatu anteseden (VB). Suatu
pendekatan yang secara dini menghubungkan suatu anteseden dengan konsekuensi.
Pendekatan ni palng rendah reliabilitasnya.
b. One
group pretest-posttest
Mengevaluasi
pengaruh dari suatu variabel. Suatu pendekatan yang menyediakan ukuran atas
perubahan namun hasilnya dapat tidak konklusif.
c. Static
group comparison
Menentukan pengaruh
suatu variabel pada kelompok yang satu dan tidak pada kelompok lainnya.
Kelemahan terletak pada ada tidaknya pngujian sebelum eksperimen pada kelompok
yang ekuivalen. Simpulan didapat dengan membandingkan kinerja antar kelompok.
2. True Experimental Design:
Memiliki kontrol yang lebih tinggi yang memberikan validitas lebih tinggi.
Pendekatannya adalah dengan Pretest-postest control group/Classical
experimental design, desain ini disebut sebagai ”the old work-horse of
traditional experimentation”. Bila dilakukan dengan tepat dapat mengontrol
ancaman-ancaman validitas internal. Data dianalisis dengan ANCOVA skor posttest
dan preteset.
3. Quasi-Experimental and Special Design:
Disebut kuasi karena merupakan varian dari desain eksperimental klasik. Ada 8
macam pendekatan yang digunakan dalam desain ini, yaitu:
a. Non
randomized control group pretest posttest
Menginvestigasi
situasi dalam kondisi dimana tidak mungkin dilakukan randomisasi. Bentuk ini
adalah salah satu desain riset eksperimen yang paling sering digunakan. Berbeda
dengan desain experimental karena pengujian dan kelompok kontrol tidak
ekuivalen. Mmbandingkan hasil pretest dapat digunakan sbagai indikasi tingkat
ekuivalensi kelompok kontrol dan kelompok eksperimental.
b. Time
series experiment
Menentukan pengaruh
suatu variabel baru ketika serangkaian observasi awal telah dilakukan dan
ketika hanya satu kelompok. Bila perubahan substansial mengikut masuknya suatu
variabel baru, maka variabel tersebut dapat di duga sebagai penyebab perubahan.
Untuk meningkatkan validitas internal, dapat dilakukan replikasi di tempat lain
dengan kondisi yang berbeda.
c. Control
group time series
Untuk memperkuat
validitas dari desain sebelumnya dengan menambah kelompok kontrol. Merupakan
varian dari desain di atas dengan melakukan observasi pararel.
d. Equivalent
time-samples
Mengontrol masalah
waktu. Merupakan varian desain di atas, suatu model dengan memunculkan dan
meniadakan manipulasi secara bergiliran.
e. Solomon
four group design Posttest only
Meminimalisir dampak
pretesting. Merupakan pngembangan dari desain pretest-postest control group
dan mungkin pendekatan eksperimental yang paling baik. Data dianalisis dengan
menggunakan ANOVA pada skor posttest.
f. Control
group Latin square
Mengevaluasi situasi
yang tidak bisa dilakukan pretest. Merupakan adaptasi dari dua desain terakhir.
Randomisasi mrupakan hal penting. Tst signifikansi dilakukan dengan t-test.
g. Design
Mengevaluasi apakah
urutan berbeda dari serangkaian manipulasi mempengaruhi hasil. Sesuai untuk
eksperimen dengan serangkaian manipulasi yang berurutan.
h. Factorial
design
Mengevaluasi dampak
simultan lebih dari satu variabel bebas. Kombinasi simultan merupakan
manipulasi. Masing-masing kombinasi simultan diamati dan diperbandingkan.
4. Correlational
and Ex Post Facto Design
a. Causal
comparative correlational studies
Mencari hubungan
kausal antara dua kelompok data. Memerlukan penelusuran teori dan praktek yang
mendalam dalam penggunaannya, mngingat kausalitas tidak dapat disimpulkan hanya
karena adanya rasio korelasi yang kuat dan positif.
b. Ex
post facto studies
Pelacakan ke
belakang dari data konskuensi untuk mendapatkan anteseden/penyebabnya.
Pendekatan ini merupakan reversal dari riset eksperimen. Logika dan inferensi
menjadi sarana prinsip dari desan ini
D.
PRINSIP DASAR DALAM DESAIN EKSPERIMEN
1.
Pengulangan
(Replcation) :
Pengulangan
dari eksperimen dasar, yang berfungsi untuk :
a. Memberikan
suatu dugaan dari galat (kesalahan) eksperimen.
b. Memperluas
cakupan penarikan kesimpulan dari suatu eksperimen.
c. Meningkatkan
ketelitian suatu eksperimen melalui pengurangan simpangan baku dari nilai
tengah (mean) perlakuan.
2. Pengacakan (Randomization) :
Untuk menjamin kesahihan (validitas) atas pendugaan
tak bias dari galat eksperimen dan nilai tengah perlakuan serta perbedaannya.
3.
Pengendalian
Lokal
(Local Control) :
Langkah-langkah
atau usaha-usaha yang berbentuk penyeimbangan, pemblokan dan pemblokan
unitu-unit eksperimen yang digunakan dalam desain.
.
E. CONTOH DESAIN EKSPERIMEN
Sebagai contoh dari desain eksperimen, untuk meneliti
pengaruh metode pemecahan soal terhadap prestasi belajar matematika, perlu
dipersiapkan rancangan/proposal penelitian. Untuk itu, perlu jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan berikut:
1. Persoalan
apa yang menjadi pusat perhatian peneliti sehingga harus melakukan penelitian
dengan penelitian eksperimen?
2. Bagaimana
mempersiapkan kelompok eksperimen dan kontrol?
3. Karakteristik
metode pembelajaran apa yang akan dibandingkan?
4. Variabel
tergantung (dependent) apa yang menjadi pusat perhatian peneliti dan apa
instrumen pengukurnya?
5. Apa
teori dasar yang harus dipersiapkan?
6. Berapa
lama eksperimen akan dilakukan?
7. Metode
analisis apa yang tepat digunakan?
8. Bagaimana
mengurangi kesesatan pada kedua kelompok?
Pertanyaan di atas memberi gambaran bahwa suatu desain untuk
mengerjakan suatu eksperimen perlu dipikirkan selengkap dan serinci mungkin,
agar dapat dipakai pegangan dalam pelaksanaannya.
Dalam penelitian eksperimen kita tidak terkonsentrasi pada
satu jenis desain/ pola eksperimen saja. Ada tiga desain yang disajikan, guru
dapat memilih alternatif mana yang paling tepat untuk mencoba suatu tindakan
tertentu bilamana kondisi siawa/kelas/sekolah mengalami masalah. Setiap
pola/desain eksperimen mempunyai kelemahan dan kebaikannya, namun peneliti
harus mampu memilih desain eksperimen yang dapat dilaksanakan dan paling minim
mengandung resiko kelemahan.
Beberapa desain eksperimen yang sering digunakan guru dalam
memperbaiki hasil belajar siswa, yaitu:
1. Treatment
by Levels Designs.
Desain ini
memberikan dasar-dasar pengamatan stratifikasi yang lebih baik. Kita sadari
bahwa pada setiap kelompok/kelas selalu dijumpai adanya siswa yang masuk
kelompok tinggi dan rendah, ada siswa-siswa yang pandai dan kurang pandai, maka
melalui desain ini stratifikasi itu perlu mendapat perhatian dalam menentukan
kelompok kontrol dan eksperimen. Kondisi semacam ini dalam pelaksanaan suatu
eksperimen perlu diperhatikan agar tidak banyak mengganggu hasil akhir
eksperimen. Untuk itu, dalam persiapan eksperimen, peneliti harus menentukan
dua kelompok yang di dalamnya terdistribusi siswa yang berkemampuan yang
seimbang. Walaupun demikian bukan berarti bahwa desain ini sudah terbebas dari
kesesatan, masih juga dapat terjadi bilamana tidak memperhatikan pelaksana/guru
pelaku tindakan baik di kelompok eksperimen atau di kelompok kontrol.
Pengulangan juga terjadi kalau tidak diperhatikan kemungkinan pengulangan
metode pada kedua kelompok itu. Di samping itu, juga perlu diperhatikan
variabel lain yang dapat berpengaruh terhadap hasil eksperimen, maka persiapan
perlu dilakukan sebaik-baiknya.
2. Treatment
by Matched Group Designs
Desain eksperimen
ini merupakan desain yang paling banyak digunakan para guru dalam menguji
keampuhan suatu metode pembelajaran dibandingkan metode lain. Data untuk
persiapan dengan desain eksperimen ini dapat diperoleh dari dokumen atau
memberikan pretest kepada siswa yang akan dijadikan subyek penelitian.
Persoalan pokok yang perlu dipikirkan lebih awal pada matching group adalah
faktor-faktor yang harus diseimbangkan agar kelompok-kelompok yang mengikuti
eksperimen dapat berjalan pada kondisi eksperimental tanpa dipengaruhi faktor
ekstrane. Prinsipnya semua faktor yang dipandang dapat mempengaruhi/mengotori
pengaruh tindakan/ treatment harus di-matched/ dijodohkan sebelum tindakan atau
eksperimen dilakukan. Misalnya prestasi belajar dan kecerdasan /inteligensi
dipandang akan berpengaruh pada hasil eksperimen, maka kedua faktor itu harus
di-matched.
Cara melakukan
matching dapat dilakukan dengan menguji perbedaan kelompok-kelompok yang dicoba
akan menjadi kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan analisis t-test.
Bilamana ada perbedaan antara kedua kelompok itu eksperimen tidak dapat
diteruskan, berarti kedua kelompok itu harus menunjukkan adanya kesamaan.
3. Matched
Subjects Designs
Desain ini
berlandaskan pada adanya matched subjects pada dua kelompok yang dipersiapkan
untuk eksperimen. Pada matched groups, yang dipakai dasar adalah menjodohkan
kedua kelompok itu dengan perhitungan seluruh subyek yang ada pada tiap
kelompok, sedang matched subjects yang dijodohkan tiap-tiap subyek pada
kelompok yang satu dengan subyek pada kelompok yang lain. Pada matched subjects
dapat dijodohkan dengan sistem: a) nominal pairing, b) ordinal pairing, atau c)
combined pairing. Pada Nominal pairing yang dipasang-pasangkan seperti jenis
kelamin, jenis pekerjaan orang tua. Ordinal pairing yang dipasang-pasangkan
adalah intelegensi, prestasi belajar, atau tingkat pendidikan. Sedangkan pada
combined pairing, yang dipasang-pasangkan adalah kombinasi antara nominal dan
ordinal pairing. Pada pelaksanaannya sangat tergantung pada pelaku eksperimen,
sistem apa yang akan dipakai.
Desain ini mempunyai
kepekaan (sensitivitas) yang lebih tinggi dibandingkan dengan desain lainnya
dalam mendeteksi perbedaan pengaruh tindakan/treatment, apalagi kalau mampu
memperhatikan faktor-faktor lain yang dapat mencemari hasil eksperimen.
DAFTAR PUSTAKA