A. Landasan Sosial Budaya
Sebagai makhluk sosial manusia tidak pernah dapat hidup sendiri. Dalam
kehidupan berkelompok, manusia harus mengembangkan ketentuan yang mengatur hak
dan kewajiban individu. Ketentuan itu dapat berupa perangkat nilai, norma sosial
maupun pandangan hidup yang terpadu dalam sistem budaya. Karena itu masyarakat
dan kebudayaan itu sesungguhnya merupakan dua sisi dari satu mata uang yang
sama, yaitu sisi generasi tua sebagai pewaris dan sisi generasi muda sebagai
penerus.
1.Individu sebagai produk lingkungan sosial
budaya
Setiap anak sejak lahirnya harus memenuhi tidak hanya tuntutan biologis
tetapi juga budayanya. Dengan segala tuntutan dan pengaruh dari lingkungan
sosial budaya itu terjadilah hubungan timbal balik antara individu dan
lingkungannya itu. Individu menjadi milik lingkungan sosial budaya dan
lingkungan sosial budaya itu menjadi milik individu tersebut.
Ditilik dari adanya puak-puak, suku-suku dan bangsa-bangsa itu, secara
garis besar dapat dilihat adanya tiga tingkat perbedaan budaya, yaitu tingkat
internasional, tingkat kelompok etnik dan tingkat yang lebih halus yang ada
dalam etnik itu sendiri. Seluruh pengaruh unsur-unsur sosial budaya dalam
segenap tingkatnya tersebut membentuk unsur-unsur subjektif pada diri individu.
Unsur-unsur subjektif itu meliputi berbagai konsep dan asosiasi, sikap,
kepercayaan, nilai, pendapat dsb. Untuk itu perbedaan ini harus dijembatani,
sebab kalau tidak hal itu dapat menghidupkan kecenderungan timbulnya
pertentangan dan saling tidak menyukai yang akhirnya dapat menghambat
tercapainya kesepakatan.
2.Bimbingan konseling antarbudaya
Ada lima
macam sumber hambatan yang mungkin timbul dalam komunikasi dan penyesuaian diri
antarbudaya. Yakni, pesan-pesan yang disampaikan dalam bahasa non-verbal itu
memiliki arti yang berbeda-beda atau bahkan bertentangan dalam budaya yang
berbeda. Selain itu persepsi (pandangan stereotip) cenderung menyamaratakan
sifat-sifat individu atau golongan tertentu berdasarkan prasangka subjektif,
dan biasanya tidak tepat.
Sumber hambatan komunikasi dan penyesuaian yang lain ialah kecemasan yang
ada pihak-pihak yang berinteraksi dalam suasana antarbudaya. Kecemasan ini
muncul ketika seorang individu harus memasuki atau bertugas dengan budaya lain
yang unsur-unsurnya dirasakan asing. Karena itu proses pelayanan bimbingan
konseling adalah komunikasi antara klien dan konselor, maka proses pelayanan
bimbingan konseling antarbudaya sangat peka terhadap pengaruh dari
sumber-sumber hambatan komunikasi seperti tersebut. Hambatan yang bersumber
dari perbedaan bahasa dan hambatan-hambatan psikososial amat ditekankan oleh
Paderson dkk.
Lebih jauh aspek-aspek budaya
tidak hanya mempengaruhi proses konseling saja tetapi lebih luas lagi.
Lingkungan sosial budaya yang kaku, otoriter dan mengekang kebebasan
perkembangan individu. Pengaruh aspek-aspek budaya itu akan lebih terasa lagi
apabila dikaitkan dengan kemampuan konselor. Kebutuhan akan konseling
antarbudaya di Indonesia
makin terasa, mengingat penduduk Indonesia terdiri dari berbagai
suku bangsa yang memiliki beraneka corak sub-kultur yang berbeda-beda.
Karakteristik social budaya masyarakat yang majemuk itu tidak dapat
diabaikan dalam perencanaan dan penyelenggaraan bimbingan konseling.
Klien-klien dari latar belakang social budaya yang berbineka itu tidak dapat
disamaratakan penanganannya. Meskipun bangsa Indonesia
sedang menuju pada satu budaya kesatuan Indonesia, namun akar budaya asli
yang sekarang masih hidup dan besar pengaruhnya terhadap masyarakat budaya asli
itu patut dikenali, dihargai, dan dijadikan pertimbangan utama dalam pelayanan
bimbingan konseling.s
B. Landasan Ilmiah dan Teknologis
Pelayanan bimbingan konseling merupakan kegiatan professional yang
memiliki dasar-dasar keilmuan, baik yang menyangkut teori-teorinya, pelaksanaan
kegiatannya maupun pengembangan-pengembangan pelayanan itu secara
berkelanjutan.
1.Keilmuan bimbingan konseling
Ilmu bimbingan konseling adalah
berbagai pengetahuan tentang bimbingan dan konseling yang tersusun secara logis
dan sistematis. Seperti ilmu-ilmu lainnya, ilmu bimbingan konseling mempunyai
objek kajiannya sendiri, metode dan sistematikanya. Objek kajian bimbingan
konseling ialah upaya bantuan yang diberikan kepada individu yang mengacu pada
keempat fungsi pelayanan yang tersebut terdahulu. Keilmuan bimbingan konseling
harus diimbangi dengan unsur-unsur seni hubungan antar pribadi.
2.Peran ilmu lain dan teknologi dalam
bimbingan konseling
Sebagaimana juga pendidikan, bimbingan konseling merupakan ilmu yang
bersifat multireferensial, artinya ilmu dengan rujukan berbagai ilmu yang lain.
Selain psikologi, ilmu pendidikan dan filsafat, sosiologi memberikan pemahaman
tentang peranan individu dalam berfungsinya masyarakat, keluarga, interaksi
antar individu dalam kelompok. Gabungan antara sosiologi dengan antropologi
memberikan pemahaman tentang latar belakang social-budaya klien. Sedangkan
gabungan antara sosiologi dan ekonomi, memberikan pemahaman tentang kondisi
status social ekonomi individu. Biologi memberikan pemahaman tentang kehidupan
kejasmanian individu.
Semua hal diatas sangat penting bagi teori dan praktek bimbingan
konseling. Sumbangan berbagai ilmu lain itu kepada bimbingan konseling tidak
hanya terbatas pada pembentukan dan pengembangan teori-teorinya, namun juga
kepada praktek pelayanannya. Sedangkan teknologi yang berkembang pada saat itu
adalah computer. Bidang yang banyak memanfaatkan jasa computer ialah bimbingan
karier dan bimbingan/konselor pendidikan.
3.Pengembangan bimbingan konseling melalui
penelitian
Penelitian adalah jiwa dari perkembangan ilmu dan teknologi. Apabila
pelayanan bimbingan konseling diinginkan untuk berkembang dan maju, maka
penelitian tentang bimbingan konseling dalam berbagai bentuk penelitian dan
aspek yang diteliti harus terus-menerus dilakukan. Tanpa penelitian pertumbuhan
pelayanan bimbingan konseling akan mandul dan steril.
C. Landasan Pedagogis
Pendidikan akan ditinjau sebagai landasan bimbingan konseling dari tiga
segi, yaitu:
1.Pendidikan sebagai upaya pengembangan
individu: bimbingan merupakan bentuk upaya pendidikan
Pelayanan bimbingan konseling berfokus pada manusia yakni bimbingan dari,
oleh dan untuk manusia. Manusia yang dimaksud adalah manuisa yang berkembang,
yang terus menerus berusaha mewujudkan keempat dimensi kemanusiaannya menjadi
manusia seutuhnya. Wahana paling utama untuk terjadinya pross dan tercapainya
tujuan perkembangan itu tidak lain adalah pendidikan. Dalam kaitan itu,
pendidikan dapat diartikan sebagai upaya membudayakan manusia muda.
Untuk tugas masa depan mereka itu, melalui proses pendidikan manusia muda
memperkembangkan diri dan sekaligus mempersiapkan diri dengan potensi yang ada
pada diri mereka dan prasarana serta sarana-sarana yang tersedia. Sejalan
dengan itu rakyat dan pemerintah Indonesia melalui UU No. 2/1989
tentang Sistem Pendidikan Nasional menetapkan bahwa pendidikan sebagai usaha
sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran,
dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Oleh karena itu,
setiap kegiatan pendidikan sekecil apapun harus terkandung di dalamnya usaha
sadar, penyiapan peserta didik, untuk peranannya yang akan datang, dan
dilakukan melalui bentuk kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan.
2.Pendidikan sebagai inti proses bimbingan
konseling
Ciri pokok berlangsungnya upaya pendidikan ada dua, yaitu peserta didik
yang terlibat di dalamnya menjalani proses belajar dan kegiatan tersebut
bersifat normatif. Apabila kedua ciri itu tidak ada maka upaya yang dilakukan
itu tidak dapat dikatakan pendidikan. Barangkali ada kegiatan-kegiatan yang
dinamakan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan, tetapi apabila di dalamnya
tidak terkandung unsur-unsur belajar dan norma-norma positif yang berlaku, maka
kegiatan itu tidak dapat digolongkan dalam upaya pendidikan.
Demikianlah, bimbingan konseling mengembangkan proses belajar yang
dijalani oleh klien-kliennya. Pelayanan bimbingan konseling harus didasarkan
pada norma-norma yang berlaku. Pelayanan yang tidak normatif bukan pelayanan
bimbingan konseling. Sifat normatif merupakan kondisi inheren pada ilmu
pendidikan. Demikian juga pada bimbingan konseling. Kesamaan kondisi inheren
inilah yang menjadi pengikat sehingga keduanya merupakan disiplin ilmu yang
amat terkait satu sama lain.
3.Pendidikan lebih lanjut sebagai inti tujuan
bimbingan konseling
Pendidikan merupakan upaya yang berkelanjutan. Ia maju terus dengan
kegiatan dan program pendidikan yang lainnya. Demikian pula dengan hasil
bimbingan konseling. Hasil pelayanan itu tidak hanya berhenti sampai pada
pencapaian hasil itu saja, namun perlu terus digelindingkan untuk mencapai
hasil-hasil berikutnya. Dan dalam bimbingan konseling tidak ada istilah
bimbingan konseling berkelanjutan, dalam arti membimbing individu yang sama
secara terus menerus.
Bimbingan konseling mempunyai tujuan khusus yaitu membantu individu
memecahkan masalah yang dihadapinya sedangkan tujuan akhirnya adalah bimbingan
diri sendiri. Hasil bimbingan yang bisa membuat individu melakukan bimbingan
diri sendiri merupakan modal besar tambahan yang akan lebih memungkinkan
kesuksesan pendidikan yang dijalani oleh individu itu lebih lanjut. Tujuan
bimbingan konseling di samping memperkuat tujuan-tujuan pendidikan juga
menunjang proses pendidikan pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Amti E. & Prayitno. 1994. Dasar-Dasar
Bimbingan dan Konseling. Jakarta:
Rineka Cipta
Mugiarso H., dkk. 2009. Bimbingan
dan Konseling. Semarang:
UNNES PRESS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar