Senin, 18 Juni 2012

landasan filosofis, religius dan psikologis


Setelah memahami pengertian bimbingan konseling, bab ini menguraikan berbagai hal yang menjadi landasan pelayanan bimbingan konseling. Landasan tersebut sebagai berikut:
A.    Landasan Filosofis
Kata filosofi atau filsafat berasal dari bahasa Yunani “philos” yang berarti cinta dan shopos berarti bijaksana. Jadi filosofis berarti kecintaan terhadap kebijaksanaan. Secara lebih luas, filsafat merupakan pemikiran yang sedalam-dalamnya, seluas-luasnya, setinggi-tingginya, serta selengkap-lengkapnya tentang sesuatu. Pemikiran yang paling dalam, paling luas, dan paling tinggi itu mengarah kepada pemahaman tentang hakikat sesuatu.
Pelayanan bimbingan konseling meliputi serangkaian kegiatan atau tindakan yang semuanya diharapkan merupakan tindakan yang bijaksana. Untuk itu diperlukan pemikiran filosofis tentang berbagai hal yang bersangkut paut dalam pelayanan bimbingan dan konseling.
  1. Hakikat manusia
Para penulis Barat telah banyak yang mencoba untuk memberikan deskripsi tentang hakikat manusia. Beberapa diantara deskripsi tersebut mengemukakan:
·                     Manusia adalah makhluk rasional yang mampu berpikir dari mempergunakan ilmu untuk meningkatkan perkembangan dirinya.
·         Manusia dapat belajar mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya.
·                     Manusia berusaha terus menerus memperkembangkan dan menjadikan dirinya sendiri
·                     Manusia dilahirkn dengan potensi untuk menjadi lebih baik dan buruk, dan hidup berarti upaya untuk mewujudkan kebaikan dan menghindarkan atau setidak-tidaknya mengontrol keburukan.
Deskripsi diatas telah memberikan gambaran secara mendasar tentang manusia. Gambaran tersebut sebagai berikut:
·         Manusia adalah makhluk.
·         Manusia adalah makhluk yang tertinggi dan termulia derajatnya.
·         Keberadaan manusia dilengkapi dengan empat dimensi kemanusiaan.
Hakikat manusia yang tergambar diatas akan terwujud selama manusia itu ada. Untuk mengoptimalisasikan perwujudan kemanusiaan itu, upaya-upaya pendidikan, pembudayaan dan konseling perlu diselenggarakan. Di sisi lain upaya-upaya ituperlu didasarkan pada pemahaman tentang hakikat manusia agar upaya-upaya tersebut lebih efektif dan tidak menyimpang dari hakikat manusia itu sendiri.
  1. Tujuan dan tugas kehidupan
Witney dan Sweeney mengemukakan cirri-ciri hidup sehat sepanjang hayat dalam lima kategori tugas kehidupan, yaitu berkenaan dengan:
·         Spiritualitas
Ketiga dimensi spiritualitas menjadi pendorong dan sekaligus memberikan kekuatan bagi pencapaian hidup yang sehat, bahagia dan sejahtera.
·         Pengaturan diri
Seseorang yang mengamalkan hidup sehat pada dirinya terdapat sejumlah ciri. Dengan ciri-ciri tersebut seseorang akan mampu mengkoordinasikan hidupnya dengan pola tingkah laku yang bertujuan, tidak sekadar acak, melalui pengarahan, pengendalian, dan pengelolaan diri sendiri demi peningkatan dirinya sesuai dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat luas.
·         Bekerja
Dengan bekerja, seseorang akan memperoleh keuntungan ekonomis, keuntungan psikologis, keuntungan social yang kesemuanya itu akan menunjang kehidupan yang sehat bagi diri sendiri dan orang lain.
·         Persahabatan
Persahabatan merupakan hubungan social baik antar individu maupun dalam masyarakat secara lebih luas, yang tidak melibatkan unsur-unsur perkawinan dan keterikatan ekonomis. Persahabatan memberikan tiga keutamaan kepada hidup yang sehat, yaitu:
a.       Dukungan emosional-kedekatan, perlindungan, rasa aman, kegembiraan.
b.      Dukungan keberadaan-penyediaan kebutuhan fisik sehari-hari, bantuan keuangan
c.       Dukungan informasi-pemberian data yang diperlukan, petunjuk, peringatan, nasihat
·         Cinta
Dengan cinta hubungan seseorang dengan orang lain cenderung menjadi amat intim, saling mempercayai, saling terbuka,  saling bekerjasama dan saling memberikan komitmen yang kuat. Perkawinan dan persahabatan secara signifikan menyumbang pada kebahagiaan hidup.
            Tujuan hidup yang dicapai melalui pemenuhan tugas-tugas kehidupan menurut model Witner & Sweeney itu telah memperlihatkan dimensi pokok kehidupan manusiayang memang perlu dikembangkan, terutama dimensi spiritual, psikologis dan sosio emotional.
Hakikat manusia dengan dimensi-dimensinya serta dengan segenap tujuan dan tugas kehidupannya menjadi landsan bagi konsepsi dan penyelenggaraan bimbingan konseling. Manusia adalah segala-galanya bagi pelayanan bimbingan konseling. Oleh karena itu pemahaman tentang seluk beluk manusia merupakan sesuatu yang wajib bagi para konselor.
B.     Landasan Religius
Dalam pembahasan lebih lanjut tentang landasan religius bagi layanan bimbingan konseling perlu ditekankan tiga hal pokok, yaitu:
  1. Manusia Sebagai Makhluk Tuhan
Keyakinan bahwa manusia adalah makhluk Tuhan menekankan pada ketinggian derajat dan keindahan manusia itu serta peranannya sebagai khalifah di muka bumi. Keberhasilan kepemimpinan manusia akan mewujudkan kemuliaan kemanusiaan (kemuliaan makhluk-makhluk lain juga). Tuhan Yang Maha Pemurah memberikan segenap kemampuan potensial kepada manusia.. Penerapan segenap kemampuan potensial itu secara langsung berkaitan dengan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
  1. Sikap Keberagamaan
Sikap yang mendorong perkembangan dan peri kehidupan manusia berjalan kearah dan sesuia dengan kaidah-kaidah agama .

  1. Peranan Agama
Upaya yang memungkinkan berkembang dan dimanfaatkannya secara optimal suasana dan perangkat budaya (termasuk ilmu pengetahuan dan teknologi) serta kemasyarakatan yang sesuai dan meneguhkan kehidupan beragama untuk membantu perkembangan dan pemecahan masalah individu. Upaya pemuliaan kemanusiaan manusia mendapatkan tempat yang amat penting dan strategis. UU dan tujuan pendidikan menempatkan agama dalam bab tersendiri. Berkaitan dengan semua itu, dalam BK juga diperankan kaidah-kaidah agama.
Landasan religius dalam BK pada umumnya ingin menetapkan klien sebagai makhluk Tuhan dengan segenap kemuliaan kemanusiaannya menjadi focus netral upaya bimbingan konseling. Karena di dalam masyarakat agama itu banyak macamnya, maka konselor harus dengan sangat hati-hati dan bijaksana menerapkan landasan religius itu terhadap klien yang berlatar belakang agama yang berbeda.
C.    Landasan Psikologis
Untuk keperluan bimbingan konseling sejumlah daerah kajian dalam bidang psikologi perlu dikuasai, yaitu:
1.      Motif dan motivasi
Motif adalah dorongan yang menggerakkan seseorang bertingkah laku. Dorongan ini hidup pada diri seseorang dan setiap kali mengusik serta menggerakkan orang itu untuk melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang terkandung di dalam dorongan itu sendiri. Dengan demikian suatu tingkah laku yang didasarkan pada motif tertentu tidaklah bersifat sembarang atau acak, melainkan mengandung isi atau tema sesuai dengan motif yang mendasarinya.
Motivasi erat sekali hubungannya dengan perhatian.Tingkah laku yang didasari oleh motif tertentu biasanya terarah pada suatu objek yang sesuai dengan isi atau tema kandungan motifnya.
2.      Pembawaan dan lingkungan
Setiap individu dilahirkan ke dunia dengan membawa kondisi mental fisik tertentu. Apa yang dibawa sejak lahir itu disebut pembawaan. Dalam arti luas, pembawaan meliputi berbagai hal seperti warna kulit, bentuk dan warna rambut, golongan darah, bakat, kecerdasan, kecenderungan ciri-ciri kepribadian tertentu.
Kondisi yang menjadi pembawaan itu selanjutnya akan terus tumbuh dan berkembang. Untuk dapat tumbuh dan berkembangnya apa-apa yang dibawa sejak lahir itu diperlukan sarana dan prasarana yang semuanya berada pada lingkungan individu yang bersangkutan. Optimalisasi hasil pertumbuhan dan perkembangan isi pembawaan itu amat tergantung pada tersedia dan dinamika prasarana serta sarana yang ada di lingkungan itu.
3.      Perkembangan individu
McCandless menekankan pentingnya peranan dorongan biologis dan dorongan cultural dalam perkembangan individu. Freud menekankan pada dorongan seksual, dan Havigurtst menampilkan istilah tugas perkembangan. Tugas perkembangan tersebut dibentuk oleh unsur- biologis, psikologis dan cultural yang ada pada diri dan lingkungan individu. Tugas perkembangan itu sebagai berikut:
·         Perkembangan masa bayi dan kanak-kanak (0-5 th)
·         Perkembangan anak-anak (6-11 th)
·         Perkembangan masa remaja (12-18 th)
·         Perkembangan masa dewasa awal (19-30 th)
Lebih jauh tugas perkembangan masa dewasa terkait dengan tugas kehidupan yaitu beragama, bekerja, berkeluarga, bermasyarakat dan berbangsa.
4.      Belajar, balikan dan penguatan
Inti perbuatan belajar adalah upaya untuk menguasai sesuatu yang baru dengan memanfaatkan apa yang sudah ada pada diri individu. Penguasaan sesuatu yang baru itulah tujuan belajar,dan pencapaiannyaitu adalah perkembangan. Perlu diingat bahwa:
·         Terjadinya perubahan dan/atau tercapainya sesuatu yang baru pada diri individu itu tidak berlangsung dengan sendirinya tapi perlu diupayakan.
·         Proses belajar tidak terjadi di dalam kekosongan melainkan dalam suatu kondisi tertentu.
·         Hasil belajar yang diharapkan adalah sesuatu yang baru baik dalam kawasan kognitif, afektif, konotatif maupun psikomotorik.
·         Kegiatan belajar sering kali memerlukan sejumlah sarana, baik berupa peralatan maupun suasana hati dan hubungan sosio-emosional.
·         Hasil yang diperoleh dari kegiatan belajar hendaknya dapat diketahui dan diukur
·         Upaya belajar merupakan upaya yang berkesinambungan.
Para ahli telah mengembangkanteori model belajar, dimana teori itu perlu dikenal oleh konselor dan dipahami berbagai kemungkinan penerapannya bagi pengembangan kegiatan belajar klien.
5.      Kepribadian
Sering dikatakan bahwa ciri seseorang adalah kepribadiannya. Mengenai pegertian kepribadian ini para ahli psikologi umumnya memusatkan memusatkan factor-faktor fisik dan genetika, berpikir dan pengamatan, serta dinamika motivasi dan perasaan. Sejumlah hasil studi menunjukkan adanya hubungan antara bentuk tubuh dengan ciri kepribadian. Demukian pola berpikir juga terkait pada cirri-ciri kepribadian.
Landasan psikologi mengisyaratkan bahwa tidak mungkin bagi seorang konselor dapat berfungsi secara efektif dan tepat tanpa memanfaatkan kaidah-kaidah filsafat dan psikologi. Dan menurut Belkin psikologi bukanlah akar gerakan bimbingan konseling, meskipun psikologi amat penting sebagai salah satu sarana penujang bagi kesuksesan layanan bimbingan konseling.









DAFTAR PUSTAKA

Amti E. & Prayitno. 1994. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta
Mugiarso H., dkk. 2009. Bimbingan dan Konseling. Semarang: UNNES PRESS

Tidak ada komentar:

Posting Komentar