Senin, 18 Juni 2012

perilaku dan pengukurannya


PERILAKU DAN PENGUKURANNYA

A.    Perilaku
Perilaku adalah aktivitas organisme hidup. Human behavior is the entire gamut of what people do including thinking and feeling. [ 24 ] Behavior can be determined by applying the Dead Man's test: Perilaku manusia adalah keseluruhan seluruh apa yang dilakukan orang termasuk berpikir dan perasaan. Perilaku adalah bagian dari interaksi organisme dengan lingkungannya yang ditandai dengan perpindahan terdeteksi dalam ruang melalui waktu dari beberapa bagian dari organisme dan yang menghasilkan perubahan terukur dalam setidaknya satu aspek dari lingkungan.
Seringkali, istilah perilaku digunakan untuk referensi kelas yang lebih besar tanggapan yang berbagi dimensi fisik atau fungsi. In this instance, the term response indicates a single instance of that behavior. [ 27 ] If a group of responses have the same function, this group can be classified as a response class. Dalam hal ini, respon jangka menunjukkan satu contoh dari perilaku itu. Jika sekelompok tanggapan memiliki fungsi yang sama, kelompok ini dapat diklasifikasikan sebagai kelas respon. Finally, when discussing a person's collection of behavior, repertoire is used. Akhirnya, ketika membahas koleksi seseorang perilaku, repertoar digunakan. It can either pertain specifically to a set of response classes that are relevant to a particular situation, or it can refer to every behavior that a person can do. Ini dapat berhubungan secara khusus untuk satu set kelas respon yang relevan dengan situasi tertentu, atau dapat merujuk kepada setiap perilaku yang seseorang dapat lakukan.
B.     If a dead man can do it, it ain't behavior.Pengukuran dan Perekaman
Pengukuran adalah proses penerapan label kuantitatif untuk sifat yang diamati dari peristiwa menggunakan satu set standar aturan. Scientists use measurement to operationalize empiricism. Para ilmuwan menggunakan pengukuran untuk mengoperasionalkan empirisme. Applied behavior analysts measure behavior to answer questions about the existence and nature of functional relations between socially significant behavior and environmental variables. Terapan perilaku perilaku analis ukuran untuk menjawab pertanyaan tentang keberadaan dan sifat dari hubungan fungsional antara perilaku sosial yang signifikan dan variabel lingkungan. Practitioners use measurement to evaluate the effectiveness of interventions and to guide decisions regarding treatment. Praktisi menggunakan pengukuran untuk mengevaluasi efektivitas intervensi dan untuk menuntun keputusan tentang pengobatan.
Ada tiga kualitas dimensi perilaku: pengulangan, sejauh temporal, dan lokus temporal. Measures of repeatability include count, rate or frequency, and celeration. Ukuran repeatabilitas termasuk menghitung, menilai atau frekuensi, dan celeration. Duration is used to measure temporal extent. Durasi digunakan untuk mengukur sejauh temporal. Measures of temporal locus include response latency and interresponse time. Ukuran lokus temporal yang meliputi latensi respon dan waktu interresponse. Derivative measures that combine two forms of data are frequently used in applied behavior analysis, including percentage and trials-to-criterion. Tindakan derivatif yang menggabungkan dua bentuk data yang sering digunakan dalam analisis perilaku diterapkan, termasuk persentase dan percobaan-ke-kriteria.
Prosedur untuk mengukur perilaku melibatkan merekam acara, waktu, dan metode berbagai waktu pengambilan sampel. Event recording encompasses a variety of procedures for detecting and recording the number of times a behavior is observed. Rekaman acara mencakup berbagai prosedur untuk mendeteksi dan merekam berapa kali perilaku diamati. Timing procedures use different timing devices (eg, stopwatch) and procedures to measure duration, response latency, and interresponse time. Prosedur waktu menggunakan perangkat waktu yang berbeda (misalnya, stopwatch) dan prosedur untuk mengukur durasi, latensi respon, dan waktu interresponse. Time sampling refers to a variety of methods for observing and recording behavior during intervals or at specific moments in time. Waktu sampling mengacu pada berbagai metode untuk mengamati dan merekam perilaku selama interval atau pada saat-saat tertentu dalam waktu. Time sampling procedures include whole-interval, partial-interval, momentary time sampling, and planned activity check. Waktu prosedur sampling meliputi seluruh interval, interval parsial, waktu sampling sesaat, dan memeriksa kegiatan yang direncanakan. Certain behavior can also be measured after it has occurred using permanent products. Perilaku tertentu juga dapat diukur setelah itu telah terjadi menggunakan produk permanen. Computer-assisted measurement has become more sophisticated and easy to use, allowing practitioners to simultaneously record multiple behaviors. Komputer-dibantu pengukuran telah menjadi lebih canggih dan mudah digunakan, memungkinkan praktisi untuk sekaligus merekam beberapa perilaku. Each method has benefits and produces its own artifacts due to the way it measures behavior. Setiap metode memiliki keuntungan dan menghasilkan artefak sendiri karena cara mengukur perilaku. Therefore measurement methods must be carefully matched to the environmental variables, available resources, and behavior of interest. Oleh karena itu metode pengukuran harus hati-hati disesuaikan dengan variabel lingkungan, sumber daya yang tersedia, dan perilaku yang menarik.

C.    Jenis dan Tingkatan Pengukuran
Dalam pengukuran tingkah laku yang digunakan adalah jenis pengukuran psikologis yang merupakan salah satu jenis pengukuran berdasarkan sasarannya. Pengukuran psikologi adalah pengukuran aspek-aspek tingkah laku yang menampak, yang dianggap mencerminkan prestasi, bakat, sikap dan aspek-aspek kepribadian yang lain. (T. Raka Joni, 1977). Dalam praktek, pengukuran psikologi pada umumnya banyak menggunakan tes sebagai alatnya. Istilah test psikologis merupakan suatu alat untuk menyelidiki reaksi atau disposisi seseorang atas dasar tingkah lakunya. Dengan demikian pengertian pengukuran psikologi dan tes psikologi pada dasarnya sama. Perbadaannya terletak pada proses dan alatnya yang digunakan sebagai dasar penggunaan istilah dalam praktek. Perbedaan antara pengukuran konvensional (alamiah) dengan pengukuran psikologi:
a.       Pengukuran konvensional
• Dilakukan secara langsung
• Mempunyai satuan ukuran yang jelas/tegas
• Telah adanya kesepakatan tentang awal atau darimana harus mulai mengukur
b.      Pengukuran psikologis
• Harus dilakukan secara tidak langsung
• Tidak mempunyai satuan ukuran
• Tidak adanya kesepakatan mengenai awal atau dari mana harus mulai mengukur
Ciri-ciri khusus daripada pengukuran psikologi yang membedakan dengan ciri-ciri pengukuran alamiah:
a. Variabel-variabel yang diukur berupa tingkah laku yang nampak sebagai cerminan dari keadaan kejiwaan itu tidak selalu secara konsisten mencerminkan suasana batin seseorang.
b. Bahwa dalam pengukuran psikologi sangat sukar atau bahkan tidak mungkin diperoleh kesepakatan dalam kalibrasi satuan ukuran.
c. Dalam pengukuran psikologis tidak terdapat adanya nol mutlak.
d. Bahwa kemungkinan terjadinya kesalahan dalam pengukuran psikologi jauh lebih besar disbanding dengan kesalahan dalam pengukuran alamiah.
Fungsi dari pengukuran psikologis dalam bimbingan dapat dilihat dari beberapa segi, yaitu:
a.       Dilihat dari segi klien(konseli)
b.      Membantu mengenal dan mengerti keadaan psikisnya yang menyangkut potensi psikis dan prestasinya serta kelemahan dan kelebihan dalam aspek psikis yang dimilikinya.
b. Dilihat dari segi konselor
Membantu konselor dalam memahami diri kliennya sehingga dapat menetapkan bentuk layanan bimbingan yang sesuai dengan keadaan dan pribadinya.
c. Dilihat dari proses layanan bimbingan
Pengukuran psikologis mempunyai beberapa fungsi, antara lain:
1)      Prediksi
Yaitu dapat digunakan untuk meramalkan kemungkinan tingkah laku klien di masa datang.
2)      Komparasi
aitu sebagai dasar membandingkan diri klien dengan klien yang lain atau dengan ukuran lain, sehingga dapat diketahui status individu dalam kelompoknya atau dasar ukuran tertentu yang digunakan.
3)      Diagnosa
Bahwa hasil pengukuran psikologis sebagai dasar menetapkan jenis masalah/kesulitan, letak kesulitan beserta penyebab terjadinya. Hasil diagnosa ini juga dapat digunakan untuk menetapkan alternatif jenis dan layanan bimbingan yang sesuai.
4)      Evaluasi
Berfungsi sebagai bahan informasi untuk dasar pengambilan keputusan tentang perlakuan terhadap klien.
5)      Penelitian
Sebagai informasi atau tata penelitian tentang suatu hal tertentu berhubungan dengan tujuan pengukuran, untuk menentukan tindak lanjut bimbingannya.
Hal-hal yang mendorong dilaksananya atau perlunya pengukuran psikologis dalam bimbingan adalah sebagai berikut:
a. Adanya tuntutan dalam memberikan layanan bimbingan harus berdasarkan atas prinsip perbedaan individual.
b. Tuntutan dalam pemberian layanan bimbingan berdasarkan atas kelengkapan informasi dan data klien.
c. Adanya kenyataan pembedaan manusia abnormal dengan manusia normal.
d. Menetapkan aspek psikologis yang mana menjadi penyebab masalah konseli.
Secara terperinci sesuai aspek-aspek yang di ukur, tujuan pengukuran psikologis adalah sebagai berikut:
a. Yang menyangkut aspek kognitif :
1) Untuk mendapatkan informasi tentang keberhasilan belajar dalam wujud prestasi belajar konseli.
2) Untuk mendapatkan informasi tentang tingkat kecerdasan/intelegensi konseli yang merupakan salah satu factor utama keberhasilan belajar.
3) Untuk mendapatkan informasi tentang bakat atau kemampuan khusus yang bersifat potensial sebagai bahan studi lanjut bimbingan karir atau jabatan.
b. Yang menyangkut aspek Non-kognitif:
1) Mendapatkan informasi tentang arah minat serta bakat terhadap bidang tertentu.
2) Mendapatkan informasi tentang pendapat atau sikap konseli terhadap dirinya maupun lingkungannya.
3) Mendapatkan informasi tentang system nilai daripada konseli. Hal ini didasarkan atas anggapan bahwa system nilai akan sangat berpengaruh pada perilakunya.
4) Mendapatkan informasi tentang aspek kepribaadian yang lain, misalnya penyesuaian diri, control diri, rasa kecukupan, kepastian diri, harga diri, kematangan emosi, kecenderungan neorotis, dan sebagainya.
















                                                       























DAFTAR PUSTAKA



Tanpa nama. 25 September 2011. www.behavioristik.com. Pkl. 20.00 WIB
Tanpa nama. 24 September 2011. www.azzamblog.com. Pkl. 21.00 WIB
Tanpa nama. 24 September 2011. www.suryantopersonalblog.com. Pkl. 20.30 WIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar